KISAH SUKSES HOWARD D. SCHULTZ, SEORANG YANG PENDIRI STARBUCKS

 

Blog Myuta 22: Howard Schultz : Kisah Sukses CEO Starbucks

Dalam Cerita Inspiratif kali ini, saya akan mengangkat cerita sukses dari seseorang Howard Schultz. Seseorang wirausahawan Amerika sekalian Presiden Direktur dan CEO Starbucks company, sebuah industri kedai kopi populer di dunia. Starbucks diketahui sebagai salah satu bisnis kedai kopi waralaba( Store Chains) terbanyak di dunia. Cerita kesuksesan pendiri Starbucks telah tersebar diseluruh dunia. Terobosan yang dicoba oleh Howard tidaklah sesuatu yang gampang dicapai, sebab tidak cuma sukses mengumpulkan kekayaan yang melimpah tetapi dia pula sukses menyentuh hati segala pecinta kopi dari tiap generasi diseluruh dunia.

 

Masa kecil Howard Schultz

 

Howard D. Schultz lahir pada 19 Juli 1953 di Brooklyn, New York. Ayahnya, Fred Schultz adalah

 

seseorang mantan tentara Amerika Serikat yang saat itu menjabat sebagai sopir Truk bersama istrinya, Elaine. Keluarga miskin tersebut mempunyai 3 orang anak, tetapi si Ayah waktu itu rela bekerja keras demi masa depan ketiga anaknya. Siapa sangka kalau salah seseorang anak mereka nantinya jadi seseorang pengusaha Milyuner yang sangat kaya di Amerika.

 

Masa kecil Howard dihabiskan di area perumahan dimana penduduknya masih berpendapatan rendah. Disitu pula tidak memiliki apa- apa selain sebuah lapangan basket. Sebagian besar penduduknya sangat miskin, sehingga kanak- kanak diwilayah itu dituntut buat turut bekerja keras. Dikala itu Howard kecil sadar kalau sangat susah untuk ia untuk keluar dari kemiskinan yang dirasakan keluarganya. Akan tetapi impiannya untuk sukses lebih kokoh dari keadaan yang dialaminya dikala itu.

 

Saat masih kecil, Howard kerap melihat Ayahnya berupaya keras untuk memperoleh pekerjaan yang kadangkala diluar harapan. Ketika Howard berusia 7 tahun, kaki ayahnya patah saat bekerja dan parahnya lagi keluarga itu tidak mempunyai asuransi kesehatan. Kesusahan terberat dikala itu masih membekas di memori Howard saat ini.

 

“ Waktu itu saya memandang Ayah merasa sangat terpukul dan merasa kehabisan harga diri. Saya rasa itu diakibatkan karena

 

sepanjang ini Ayah terbiasa bekerja keras.”– ujar Howard Schultz

 

Pendidikan dan Karir

Saat berumur 12 tahun, Howard mendapat pekerjaan pertamanya, yaitu menjual koran. Selanjutnya dia bekerja di sebuah kafe lokal. Pengalaman terberat dia alami saat berumur 16 tahun, ketika dia bekerja di toko yang menjual bulu binatang. Tugasnya saat itu meregangkan kulit hewan. Pekerjaan melelahkan itu yang menurut Howard, menjadikannya lebih kuat dan membantunya untuk sukses dikemudian hari. Merasa staminanya lebih kuat setelah bekerja ditempat sebelumnya, Howard lalu fokus ke olahraga yang membuatnya memperoleh Beasiswa atletik di Northern Michigan University hingga ia mendapat gelar sarjana di bidang Komunikasi ditahun 1975.

 

Setelah lulus kuliah, Howard Schultz bekerja sebagai Sales Manager di Xerox selama tiga tahun. Selanjutnya dia bekerja di sebuah perusahaan Swedia, Hamamaplast. Di situ dia bertugas menjual berbagai macam peralatan rumah tangga, termasuk memasarkan mesin pembuat kopi ke tempat usaha seperti Starbucks. Saat itu Howard sadar kalau Starbucks memesan mesin pembuat kopi lebih banyak dibanding tempat usaha lainnya yang lebih terkenal. Akhirnya Howard memutuskan untuk menemui sang pemilik Starbucks yang ada di Seattle.

 

Starbucks Corporation adalah sebuah perusahaan kopi Global asal Amerika sekaligus kedai kopi yang memiliki banyak cabang yang kantor pusatnya berada di Seattle, Washington. Pendiri Starbucks awalnya adalah tiga orang yang bersahabat saat masih kuliah. Mereka adalah seorang guru bahasa inggris bernama Jerry Baldwin, Guru sejarah bernama Zev Siegl, dan Seorang penulis bernama Gordon Bowker. Ketiganya adalah pecinta kopi dan ingin membagi pengalaman mereka tentang kopi dengan membuka sebuah kedai kopi kecil.

 

Saat itu Starbucks beroperasi di masa yang kurang menguntungkan: di akhir tahun 60-an, Warga Amerika tergila-gila dengan kopi instant. Bahkan kebanyakan dari mereka tidak tahu kalau kopi punya banyak jenis yang lebih bagus dibanding kopi instant. Itulah yang menyebabkan Starbucks sepi pengunjung pada masa itu.

 

Nama “Starbucks” sendiri diambil dari nama salah satu tokoh dalam novel “Moby-Dick” karangan Herman Melville. Sesosok monster duyung yang memiliki sepasang ekor dalam mitologi Yunani dijadikan logo perusahaan tersebut. Logo itu menggambarkan kalau kopi yang disajikan Starbucks didatangkan dari berbagai wilayah dipenjuru dunia. Kita masih bisa menemukan logo pertama Starbuck itu di kedai pertamanya di Seattle.

Akhirnya setelah mencicipi kopi Starbucks, Howard langsung jatuh hati dengan cita rasanya yang jauh lebih nikmat dibanding kopi manapun yang pernah ia coba. Schultz mengingat waktu itu, dia langsung berpikir “Ya Tuhan, Ini benar-benar bisnis yang bagus, kotanya pun sangat indah!. Aku ingin menjadi bagian dari semua ini”.

 

Starbucks saat itu punya ciri khas yang menjadikannya populer di Seattle, yaitu mengajarkan kepada para pengunjung seni dalam membuat kopi. Hal inilah yang memancing antusias Schultz, pemuda 29 tahun, untuk melamar kerja di Starbucks dan sempat mengganggu Boss Starbucks, Jerry Baldwin, dengan dering teleponnya. Schultz kemudian berusaha meyakinkan Baldwin kalau perusahaan mampu membuka kedai kopi lebih banyak lagi, namun hal itu ditolak lantaran Baldwin merasa hal itu akan mematikan esensi starbucks yang sebenarnya. Hari berikutnya Schultz memohon agar dia diangkat menjadi Marketing Director di Starbucks dengan gaji kurang dari setengah gaji saat dia di Hamamaplast. Ia melihat potensi yang menjanjikan di bisnis itu dan menyadari kalu dia sudah terikat secara batin dengan Starbucks. Itulah yang menyebabkan ia rela bekerja di Starbucks dengan upah rendah, hingga ditahun 1982 ia pindah ke Seattle.

 

Pada 1983, Howard pulang dari Milan dengan membawa serta resep Latte dan Cappucino, yang membuat penjualan Starbucks meningkat tiga kali lipat hingga tahun berikutnya. Ternyata Howard tertarik dengan konsep Cafe di Italia yang tidak hanya sekedar kedai kopi biasa tapi juga berfungsi sebagai sarana berkumpul dengan cara interaksi sosial. Tempat bersosialisasi masyarakat Amerika saat itu didominasi oleh Restoran Siap Saji. Schultz kemudian berpikir keras bagaimana menciptakan konsep baru, ia pun menyarankan agar Baldwin fokus membuat jaringan kedai kopi, di tahun 1985. Namun ide tersebut ditolak oleh CEO Starbucks dengan berbagai pertimbangan, Pendiri Starbucks itu merasa kalau ide Howard akan mengakibatkan kedai kopi mereka akan kehilangan ciri khasnya. Howard merasa para pendiri Starbucks adalah orang-orang dengan pemikiran tradisional yang menganggap kopi sejatinya dibuat “rumahan”. Namun ide membuat kedai kopi agar lebih dikenal luas dipercaya Schultz akan mendatangkan lebih banyak keuntungan, hingga akhirnya dia memutuskan untuk berhenti dari Starbucks dan mulai membuka bisnisnya yang baru.

 

Howard Schultz percaya, “Hanya orang yang berada di jalan yang belum dilewati oleh siapapun yang mampu menciptakan usaha dan produk baru, juga mampu membangun perusahaan yang kokoh dan bertahan lama dan menginspirasi orang lain untuk mencapai hasil yang luar biasa.”

 

Lahirnya Starbucks Modern

Howard membutuhkan sedikitnya 1, 7 juta dollar Amerika buat mengawali bisnis barunya. Para pendiri Starbucks meminjamkannya setengah dan sisanya dia pinjam di Bank. Pada April 1986, Schultz membuka Kedai Kopi di Seattle yang ia beri nama berbau Italia‘ Il Giornale’. Usaha Schultz sukses dimana 300 orang berkunjung di hari awal Cafe ini buka.

 

Setahun setelah itu, Howard mendengar jika owner Starbucks ingin menjual seluruh kedai kopi, tempat penggilingan kopi beserta brand( merek dagang) mereka dikarenakan cukup kewalahan mengelola usaha yang telah sangat besar itu. Mengenali Starbucks dijual dengan harga 4 juta US Dollar, Schultz kemudian memohon pinjaman kredit serta berupaya meyakinkan para kreditor. Menariknya, salah satu Kreditor awal Schultz adalah Bill Gates, Pendiri Microsoft. Sama halnya dengan kisah para pendiri McDonalds, ketiga pendiri Starbucks akhirnya menjual usaha mereka itu kepada Howard Schultz dan menjadikannya owner satu- satunya sekaligus sebagai Manager di Starbucks.

 

Starbucks dikala itu telah menyediakan Bar Counter di setiap kedai kopinya dengan seorang Barista( Ahli Pembuat Kopi) yang bertugas menghaluskan biji kopi, meramu dan menyajikan kopi fresh. Barista juga wajib menghapal nama, kebiasaan dan minat para pelanggan. Ketika Schultz pertama kali berkunjung ke Italia, ia kagum dengan kedai kopi disitu khususnya pada metode penyajian kopi oleh para Barista dimana mereka sanggup menuang espresso dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain bekerja mengaduk Cream, plus menemani pelanggan ngobrol diwaktu yang bertepatan. 2 tahun setelah itu, untuk kedua kalinya Howard berangkat ke Italia. Ia kembali tidak hanya membawa sebagian foto dan menu formula tetapi juga video dokumentasi para Barista di Italia. Video tersebut kemudian dia peruntukan modul training untuk para staffnya, dan inilah yng jadi kunci sukses dari Starbucks di setelah itu hari.

 

Berbeda dengan Hamburger. Kopi merupakan produk elegan, dimana butuh kerja keras supaya masyarakat Amerika tertarik menikmatinya. Hal yang mustahil untuk memancing orang datang kesebuah tempat yang tidak diperbolehkan merokok tetapi terdapat aroma kopi didalamnya. Sehingga Schultz menganggap usahanya itu bagaikan suatu petualangan yang menjadi rahasia kesuksesannya.

 

Howard Schultz berjanji pada Kreditornya kalau dia hendak membuka 125 gerai lagi di Amerika dalam jangka 5 tahun kedepan, serta nyatanya pada 1992 dia malah sukses membuka gerai lebih banyak dari yang dia janjikan. Ia mengawalinya dari New England, sekalgus di Boston serta Chicago dan sampai ke California. Schultz mengadopsi sistem waralaba( franchise) yang tadinya telah diterapkan di McDonalds dan lekas memulai membangun kerajaan bisnisnya.

 

Ia setelah itu lebih berjaga- jaga dalam mempraktikkan strategi pemasaran serta untuk mengganti pola pikir masyarakat Amerika, Schultz kemudian memperkuat produknya dalam hal kuantitas, kualitas, serta publisitas. Tim pemasaran Starbucks teratur mempromosikan jika menikmati kopi di Starbucks merupakan hal yang romantis. Slogan iklan yag terbuat juga gampang diingat, yakni senyum akan muncul disaat menikmati kopi yang penuh cita rasa ini dan Schultz membenarkan jika iklan tersebut tidak beda dengan realita sesungguhnya.

 

Howard pula mempraktikkan konsep Cafe yang demokratis, yang dikerjakan dengan konsep‘ Self- service’. Disini para wisatawan leluasa menentukan pilihan: mulai dari tipe minuman( tidak cuma kopi, tetapi juga Cappucino, espresso, mocha, macchiato, dan sebagainya), ukuran gelas, bahkan tipe susu( regular ataupun bebas lemak), semua itu sesuai selera pengunjung. Konsep semacam itu memberikan peluang kepada pengunjung untuk memilah sendiri sajiannya. Sistem itu juga kadangkala menciptakan produk baru dengan bermacam kombinasi semacam menu:‘ Doube tall skinny decaf latte”. Konsep“ Self- service” yang diterapkan nyatanya tidak membuat wisatawan merasa repot.

 

Di Starbucks, pesanan akan dilayani oleh satu orang sedang kru lainnya mempersiapkan minuman. Metode ini lumayan kilat, terutama jika dibandingkan dengan metode restoran Fast- Food yang lain. Tipe pesanan menu di Amerika dan sebagian negeri yang lain, yang paling banyak masih berupa pembelian yang dibawa pulang( di Amerika, 75% pesanannya untuk dibawa pulang) sehingga tidak sampai membuat Cafe sesak dengan pengunjung.

 

Pada 1992, Schultz memutuskan

 

membawa Starbucks menjadi industri publik. Sampai Juni 1992, dia memasang saham Starbucks di New York Stock Exchange di harga 14 dollar Amerika per lembar, dan hanya dalam tempo satu hari, harga sahamnya naik jadi 33 dollar Amerika.

 


#prague #madiunhits #kulinermadiun #kulinerponorogo #kulinerngawi #praguecateringmadiun #cateringmadiun #madiunkuliner #madiunmakan #madiunfoodies #exploremadiun #madiunfood #madiunnongkrong #wisatakulinermadiun #wisatamadiun #nongkrongmadiun #foodporn #westernfood #masakannusantara #medhioenae
#reservasi #praguecoffeeandeatery #ricebowl #eskrim #pragueeskriom

Post a Comment

Previous Post Next Post